Resume Menuju Masyarakat Komunikatif s/d Bagian 1

Perspektif Umum

Habermas dan Masyarakat yang Komunikatif

Habermas beranggapan bahwa Paradigma Filsafat Kedaran atau Rasio yang berpusat pada subjek adalah segala bentuk pemikiran yang menempatkan kenyataan (baik masyarakat maupun alam yang dipandang sebagai objek). Pandangan ini dinilai memiliki segala kecenderunga objektivisme dan positivisme bukan hanya dalam filsafat modern, melainkan juga dalam ilmu-ilmu social kemanusiaan yang diturunkannya.

Habermas paling jelas dan tegas memperlihatkan maksud dan posisi dalam program teori Kritisnya di tengah filsafat dan ilmu ulmu social dewasa ini. Teori kritis, mengkritik tiga aliran pertama (neo-positivisme, fenomenologi,hermeneutic) dan mencoba menjernihkan kesalahpahaman tentang masyarakat yang menjadi asumsi dasar ketiganya.

Tujuan dari Teori Kritis menurut Habermas adalah untuk mengarahkan perkembangan politik, ilmu pengetahuan, masyarakat dan kebudayaan dan yang terutama adalah membentuk sebuah masyarakat yang komunikatif.

Teori Krisis Mazhab Frankfurt

Jurgen Habermas tampil sebagai pembaharu teori Kritis saat Mazhab Frakfurt mengalami kemacetan program (tertutupnya ruang untuk kritik social karena dominasi sudah menjadi total). Habermas mengatakan bahwa para pendahulunya memiliki kelemahan epistimolis. Lalu ia memberi sebuah pemecahan mendasar yang sangat berguna dengan membentuk sebuah paradigma baru.

Habermas dan Pergeseran ke Paradigma Komunikasi

Saya belum begitu paham dengan konsep Praksis yang dalam buku ini diartikan sebagai konsep sentral dalam tradisi filsafat kritis; tindakan dasar manusia sebagai makhluk social dan diterangi oleh kesadaran rasional. Sedangkan Marx menyempitkan praksis pada kerja yang lalu dianggap sebagai kelemahan oleh Habermas karena Marx dan beberapa tokoh Kritis lain tidak hanya mengartikan praksis sebagai kerja tapi juga mengatakan bahwa rasionalitas sebagai penaklukan, kekuasaan atau yang sering disebut “rasio yang berpusat pada subjek”.

Teori Kritis dengan Paradigma Komunikasi

Habermas tidak hanya berpendapat bahwa paham kebebasan-nilai ilmu-ilmu sosial itu keliru dan berbahaya, tapi juga memperlihatkan bahwa tujuan ilmu-ilmu kritis dengan tujuan emansipatorisnya membantu masyarakat untuk mencapai otonomi dan kedewasaan(Mündigkeit). Hal tersebut juga berhubungan dengan konsesus bebas dominasi yang dibentuk oleh validity claims yang dipandang rasional dan akan diterima tanpa paksaan.

· ‘klaim kebenaran’(truth) yakni kesepakatan tentang dunia alamiah dan objektif

· ‘klaim ketepatan’ (rightness) yakni kesepakatan tentang norma-norma dalam dunia sosial

· ‘klaim autensitas atau kejujuran’(sincerity) yakni kesepakatan tentang kesesuaian antara dunia batiniah dan ekspresi seseorang

· ‘klaim komprehensibilitas’(comprehensibility) dicapai apabila kita telah mencapai kesepakatan klaim-klaim di atas

Setiap komunikasi yang efektif harus mencapai ‘kompetensi komunikatif’ tersebut.

Masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan lewat kekerasan, melainkan lewat ‘argumentasi’. Habermas membedakan argumentasi menjadi diskursus/perbincangan(discourse) dan kritik. Disebut diskursus kalau mengandaikan kemungkinan untuk mencapai konsensus rasional. Meskipun dimaksudkan untuk konsensus, komunikasi juga bisa terganggu, sehingga kita tak perlu mengandaikan konsensus. Dalam hal ini, Habermas berbicara tentang kritik. Ada dua macam kritik, yakni ‘kritik estetis’ yang mempersoalkan kesesuaiannya dengan penghayatan dunia batiniah dan ‘kritik terapeutis’, yakni menyingkapkan penipuan-diri masing-masing pihak yang berkomunikasi.

Teori Perkembangan Masyarakat dengan Paradigma Komunikasi

Dalam Essai yang berjudul Max Waber’s Theory Of Rationalization , Habermas menjelaskan bagaimana modernisasi diproyekkan oleh masyarakat kapitalis itu mengarah pada totalita vianisme birokratis dan teknologis demi akumulasi modal. Habermas menunjukkan bahwa proyek moderniatas telah menindas dan meniadakan unsure komunikatif dalam masyarakat. Habermas memperlihatkan bahwa modernitas kapitalis adalah bentuk terdistorsi dari proyek modernitas karena ia mereduksi komunikasi pada kerja social.

Lalu ia mengkritik matrealisme Marx. Ia menjelaskan bahwa masyarakat pada hakikatnya komunikatif, dan yang menetukan perubahan social bukanlah semata mata perkembangan kekuatan produksi atau teknologi, melainkan proses belajar dalam dimensi praktis-etis.

Kritik Habermas atas Masyarakat Dewasa ini

Habermas beranggapan bahwa kekuasaan harus dicerahi dengan diskusi rasional yang bersifat public agar para anggota masyarakat dapat erpartisipasi aktifdalam menentukan perkembangan politis, termasuk mengarahkan kemajuan teknis masyarakat.

Habermas mencoba memadukan dua paradigma ilmu social yaitu “paradigma dunia0kehidupan” dan “paradigma system” ; bahwa masyarakat jangan dilihat sebagai system administrasi dan ekonomi, melainkan juga sebagai solidaritas budaya atau komunitas

Diskusi dengan Postmodernisme

Habermas berpegang teguh pada pendiriannya, yakni bahwa modernitas kapitalis adalah modernitas yang terdistorsi, sebuah dialektika pencerahan, dan cacat ini hanya bias diatasi dengan pencerahan lebih lanjut atau tindakan komunikatif, yakni berupa negasi terhadap rasio yang berpusat pada subjek. Modernitas adalah proyek yang belum selesai menurutnya, berbeda dengan pandangan postmodern yang mengumumkan berakhirnya masa modernitas.

Bagia 1

Sekitar Teori Kritik Masyarakat

Diawali dengan perdebatan Mazhab Franfurt yang memilik pokok persoalan : apakah ilmu ilmu social itu bebas-nilai seperti ilmu ilmu alam? Positivisme menajawab dengan; jika ilmu social ingin berlaku sebagai ilmu pengetahuan, maka ia harus menghasilkan hukum hokum umum dan prediksi prediksi ilmia seperti ilmu alam. Untuk tujuan itu , riset social harus menghasilkan deskripsi dan penjelasan ilmiah yang tidak memihak dan memberi penilaian apapun.

Fenomenologi oleh Husserl melontarkan kritik terhadap ilmu pengetahuan modern : pertama,ilmu pengetahuan jatuh pada objektivisme (melihat dunia sebagai susunan fakta objektif), Kedua,kesadaran manusia atau subjek ditelan oleh tafsiran objektivitas tersebut, terakhir, teori sejati (tradisi pemikiran barat) adalah teori yang dihasilkan dari pembersihan pengetahuan dari kepentingan. Menurut pandangan Husserl krisis ilmu pengetahuan dikarnakan kesalahpahaman disiplin ilmiah mengenai konsep teori sejati.

Apa yang ingin dicapai ilmu pengatahuan adalah sebuah penjelasan ilmiah yang bersih dari kepentingan subjektif penelitinya (teori murni). Menurut Habermas konsep itu adalah sebuah ilusi yang berbahaya. Sebab dengan menyembunyikan kaitan pengetahuan dan kepentingan dan mengklaim dirinya objektif, ilmu pengetahuan justru melaksanakan kepentingannya. Teori Kritis bertugas menunjukkan kepentingan itu.

posted under |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Followers


Recent Comments